Rabu, 23 Oktober 2013

Karakteristik Massa Air Samudra Pasifik Secara Vertikal

Karakteristik Massa Air Samudra Pasifik Secara Vertikal

Grafik Musim Barat (Februari 2000)

    
Grafik Musim Peralihan 1 (Mei)



                                                            Grafik Musim Timur (Juni)



Grafik Musim Peralihan 2 (November)





Data diambil berdasarkan letak geografi, yaitu terletak di Samudera Pasifik sebelah timur laut Indonesia (di NOAA berada di tiitk 1116). Berikut ini sedikit analisis dari grafik yang tergambar di atas:
a.      Suhu terhadap Kedalaman
Pada grafik temperatur  terhadap kedalaman di atas, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara musim barat, musim peralihan 1, musim timur, maupun musim peralihan 2. Menurut grafik, lapisan termokin rata-rata berada di kedalaman 200-500m dan lapisan deep layer terdapat pada kedalaman 1000m. Pada bulan Februari yaitu pada musim barat dapat dilihat, pada mix layer, hanya sekitar 20-21 derajat celcius, yaitu lebih dingin suhunya dibandingkan dengan musim lainnya. Dapat disimpulkan bahwa pada bulan Desember-Februari yaitu pada musim barat, sedang terjadi musim dingin di daerah Samudera Pasifik.
b.      Salinitas terhadap Kedalaman
Dari grafik di atas dapat dilihat sebuah anomali, yang seharusnya teori mengatakan bahwa semakin dalam kedalaman, maka salinitas semakin besar, tidak sepenuhnya terjadi disini. Menurut grafik dari musim barat – musim peralihan 2, pada permukaan salinitas lebih tinggi dibandingkan di deep layer, itu dikarenakan adanya penguapan di permukaan air laut yang tinggi yang mengakibatkan garam atau salinitasnya jadi lebih tinggi. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis, dibuktikan oleh memangnya data diambil pada lokasi yang berada di Samudera Pasifik. Karena posisi tersebut juga mengakibatkan tingginya rata-rata salinitas yang terekam, yaitu antara 34.2-36 psu, balik lagi karna dta ini diambil dari daerah tropis. Karna di daerah tropis mengalami penguapan yang tinggi. Kemudian dapat dilihat pada lapisan termoklin di keempat grafik tersebut mengalami penurunan salinitas yang darstis, hal ini disebabkan karna danya percampuran dan akan stabil kembali pada deep layer. Lalu dapat dilihat pula, salinitas tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu sekitar 36 psu. Keadaan itu dikarenakan bulan Februari termasuk musim barat, dimana saat itu terjadi musim penghujan..
c.       Kecepatan Suara terhadap Kedalaman
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan suara berdasarkan kedalaman terbagi menjadi 3 zona, yaitu pada zona mix layer dimana kecepatan suara cenderung meningkat, zona termoklin dimana kecepatan suara semakin menurun drastis, dan zona deep layer dimana kecepatan suara meningkat kembali. Pembagian zona ini tergantung pula pada lokasi perairannya. Dapat dilihat pula dari permukaan laut sampai kedalaman sekitar 500 meter kecepatan suara cenderung meningkat, kemungkinan pada kedalaman ini masih merupakan zona mix layer dimana suhu masih relatif tinggi dan konstan, serta tekanan terus bertambah. Mulai dari kedalaman 500-1000 meter, kecepatan suara menurun. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada kedalaman ini di salah satu stasiun pengukuran wilayah Samudera Pasifik ini, sudah merupakan zona termoklin dimana suhu menurun secara drastis sehingga kecepatan suara pun ikut menurun. Pada kedalaman 1000meter dan kemungkinan sampai dasar laut, kecepatan suara meningkat kembali. Hal ini dikarenakan densitas dan tekanan yang semakin tinggi seiring dengan dalamnya perairan, meskipun suhu semakin menurun, namun faktor yang mendominasi kecepatan suara pada zona deep layer ini yaitu densitas dan tekanan. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan suara dipengaruhi oleh kedalaman perairan.

Daftar Pustaka:
schlitzer, R. 2001. ocean data view. http://www.awi-bremerhaven.de/GEO/ODV


Selasa, 28 Mei 2013

MATA KULIAH SEDIMENTASI


 

DELTA SUNGSANG SUNGAI LEMATANG

Delta adalah tanah datar hasil pengendapan yang dibentuk oleh sungai, muara sungai, dimana timbunan sediment tersebut mengakibatkan propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai. Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.Syarat – syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain :

a) Ada sungai yang menuju ke laut atau danau

b) Lautnya dangkal

c) Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil

d) Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau dana di tempat muara sungai tersebut

e) Arus pasang surut tidak kuat

f) Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau cukup besar.

Delta memperlihatkan banyak macamnya dalam bentuk dan lekuk. Pada puncak delta, saluran sungai terbagi dalam beberapa cabang – cabang yang menyebar dan disebut distribution yang melintang pada permukaan delta melepaskan endapan pada ujung delta.

Beberapa delta mempunyai kenampakan seperti kipas alluvial, tetapi berbeda – beda satu sama lain, perbedan tersebut yaitu :

·         Pengendapan pada delta disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran yang masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau danau)

·         Perluasan delta secara vertikal terbatas, air the base level merupakan dari pertumbuhan ke atas.

·         Kemiringan permukaan delta dapat diketahui lebih datar daripada besar kipas alluvial.

Sungai Lematang adalah tergolong sungai yang cukup panjang yakni lebih dari 250 km panjangnya dan bermuara ke Sungai Musi yang akhirnya mengalis sampai ke laut pantai timur Pulau Sumatera tepatnya di Delta Sungsang, dengan koordinat 2°21'42"S   104°53'49"E.

Secara umum diketahui bahwa nilai rata-rata fraksi sedimen di Sungai Lematang Delta Sungsang, berkisar 22.77 – 175.35 μm (berada pada kategori lanau sedang hingga pasir halus), memiliki karakterisitik sedimen dasar dalam bentuk lanau sedang dengan nilai rata-rata ukuran butir berkisar 20.53 μm – 25.48 μm. Nilai kondisi pemilahan sedimen berkisar 0.7 – 1.46 phi unit, dengan kondisi pemilahan dominan poorly dan moderately sorted. Berdasarkan nilai kemencengan sedimen, maka butiran sedimen cenderung bervariasi dari butiran halus hingga kasar dan didominasi oleh kondisi simetris dengan kisaran nilai - 0.29 – 0.33. Kondisi ini mengindikasikan terjadinya percampuran butiran yang kasar dan halus pada lokasi.

Sedangkan biota yang hidup di Sungai Lematang yaitu mollusa, annelida, makrobentos, ikan, dan plankton. Penelitian tentang kemelimpahan biota sungai relatif masih jarang, termasuk di sungai-sungai kecil. Umumnya penelitian ini hanya berkaitan dengan ikan dan manfaat budidayanya. Penelitian biota air, baik berupa makrobentos, meiobentos, ikan, plankton, epifauna dan motil-fauna dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia (antropogenik). Makrobentos adalah salah satu indikator kualitas lingkungan akuatik yang dapat diandalkan. Fauna ini hidup di dalam sedimen, bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk melalui pori-pori sedimen, sehingga tanggapan bentos terhadap lingkungannya merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka panjang.  Mollusca umumnya hidup sebagai meiobentos di dalam sedimen, meskipun ada pula yang hidup di permukaan batuan atau menempel pada makrofita akuatik. Familia Annelida yang hidup sebagai bentos, hampir selalu dalam bentuk meiobentos, yakni tertanam di dalam sedimen. Familia ini biasa ditemukan di dataran rendah, dan seringkali melimpah di badan-badan air yang tercemar secara fisik maupun kimia.

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan oleh Effendi Parlindungan Sagala, komposisi plankton di perairan Sungai Lematang 47 spesies plankton yang termasuk dalam 7 kategori takson (Cyanophyceae, Chlorophyceae, Diatomae/ Bacillariophyceae, Flagellata, Rhizopoda, Ostracoda dan Nematoda). meiobentos di dalam sedimen, meskipun ada pula yang hidup di permukaan batuan atau menempel pada makrofita akuatik. Familia Annelida yang hidup sebagai bentos, hampir selalu dalam bentuk meiobentos, yakni tertanam di dalam sedimen. Familia ini biasa ditemukan di dataran rendah, dan seringkali melimpah di badan-badan air yang tercemar secara fisik maupun kimia. Kemampuan adaptasinya ini diberikan oleh sistem respirasi, reproduksi dan nutrisinya. Di samping itu pada tempat-tempat yang tercemar, ikan sebagai predator utamanya sering tidak dapat bertahan hidup, sehingga Annelida dapat berkembang biak dengan predasi minimal.

Demikian pentingnya Sungai Lematang tersebut, baik secara ekologis maupun sosial. Secara ekologis, sungai ini memberikan sumbangan yang demikian besar untuk habitat berbagai kehidupan biota akuatik baik ukuran mikrobiota maupun makrobiota. Secara sosial Sungai Lematang memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak masyarakat mulai dari paling hulu hingga sampai paling hilir sungai. Setiap hari ratusan mobil truk bahkan damtruk mengangkut mengangkut material dari Sungai Lematang tersebut ke berbagai wilayah di Sumatera Selatan termasuk ke Palembang. Pada kehidupan mikrobiota, termasuk organisme plankton adalah sangat penting untuk menopang kehidupan makrobiota terutama nekton. Organisme nekton, khususnya ikan-ikan yang hidup dan berkembang biak dalam perairan Sungai Lematang memberikan sumbangan yang demikian besar pada kehidupan sebagian masyarakat yang mencari ikan sebagai nelayan di Sungai  Lematang mulai dari lokasi paling hulu sungai di daerah Pagaralam, Kabupaten Lahat melalui tepi kota Lahat hingga Ke Kabupaten Muara.

Kondisi Sungai Lematang secara umumnya ketika mengalir dari hulu sekitar daerah Pagaralam bila tidak ada hujan, maka airnya cukup bening dan banyak nelayan yang mencari ikan. Namun pada kondisi hujan apalagi hujan yang cukup lama pada musimnya, badan air menjadi keruh dan bertambah dalam sekitar 2 meter hingga 6 meter bahkan lebih. Ketika musim kemarau yang panjang debit air sungai menjadi semakin kecil dengan kedalam sungai 3bagian terdalam sekitar 2 – 3 meter dan bagian tepi rata-rat sekitar 0,5 meter. Pada kedalaman yang rendah pada musim kemarau semakin kehilir kualitas air diduga akan semakin jelek. Keadaan Sungai Lematang pada masa yang akan datang akan mendapat beban yang semakin bertambah berat karena beban Sungai Lematang akan semakin berat karena aktivitas lain yang telah menunggu waktu operasionalnya pada bebrapa tahun ke depan. Aktivitas lainnya yang dimaksud adalah banyak tambang batubara yang sekarang ini sedang menunggu selesainya pembuatan jalan tambang agar mereka beroperasi menambang. Lokasi tambang yang baru tersebut mulai dari Kabupaten Lahat hingga ke Kabupaten Muara Enim yang jumlahnya puluhan perusahaan tambang di masing-masing kabupaten.

DAFTAR PUSTAKA

Allen JRL. 1985. Principles of Physical sedimentology. Department of Geology, University of Reading. London: George Allen and Unwin.

[CHL]Coastal Hydraulic Laboratory 2002. Coastal Engineering Manual, Part III. Washington DC: Department of the Army. U.S. Army Corp of Engineers.

Dyer, K.R., 1986. Coastal and Estuarine Sediment Dynamics, John Wiley dan Sons Ltd, New York.

Effendi Parlindungan Sagala, 2002, Indeks Keanekaragaman dan Saprobik Plankton dalam menilai Kualitas Air Sungai Lematang, di Desa Tanjung Muning, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Surakarta.

Faturahman, A., dan Wahyu M., 1992, Prosedur Pengerjaan Preparasi Contoh Untuk Berbagai Analisis, Pusat pengembangan Geologi Kelautan, Bandung.

Komar, P. D. 1976. Beach Processes and Sedimentation, New Jersey: Geological Societyof London, Special Publication 139, p. 167– 176.

Winarno, K., dan Okid, 2002, Pemantauan Kualitas Perairan Rawa Jabung berdasarkan Keanekaragaman dan Kekayaan Komunitas Bentos, Surakarta.

 

 

 

Sabtu, 25 Mei 2013

THERMOHALINE CIRCULATION


SIRKULASI TERMOHALINE
By: Yuanita Prastika Wuri/230210110070
Tugas Oseanografi Fisika
Dapat diketahui bahwa kemampuan laut dalam menyerap dan menyimpan panas pada beberapa daerah di bumi berbeda-beda.  Pada daerah tropis dimana intensitas sinar matahari berlangsung sepanjang tahun, suhu air laut cenderung lebih hangat. Semakin ke arah kutub, intensitas sinar matahari semakin berkurang sehingga suhu air laut juga cenderung berkurang. Pada daerah dengan suhu tinggi, tingkat penguapan air laut juga tinggi sehingga salinitas dan tekanan air meningkat. Hal ini memicu pergerakan massa air laut dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Pada kondisi ini, massa air hangat yang berada di samudera Pasifik akan bergerak ke samudera Hindia melalui kepulauan Indonesia menuju samudera Atlantik bagian utara.
Di Atlantik Utara dimana suhu air laut sangat dingin, massa air dari daerah hangat tadi, setelah mengalami evaporasi dalam perjalanannya di daerah tropis dan subtropis, memiliki salinitas dan densitas yang lebih tinggi dari air laut di Atlantik Utara. Karena memiliki densitas yang tinggi maka massa air ini akan mengalami proses sinking, yaitu proses turunnya massa air ke laut dalam. Massa air laut dalam di perairan Atlantik Utara (North Atlantic Deep Water – NADW) selanjutnya akan bergerak ke selatan menuju arus polar Antartika. Sebagian massa air tersebut perlahan bergerak menuju samudera Hindia perlahan naik ke permukaan karena adanya gradien densitas dan meningkatnya suhu air laut. Sementara sebagian massa NADW mengalir melalui selatan Australia kemudian perlahan naik di permukaan samudera pasifik. Pergerakan massa air laut secara global ini membentuk sebuah siklus yang disebut dengan sirkulasi termohalin (Thermohaline Circulation). Sirkulasi ini terjadi secara dinamis dan seimbang.




Sumber: id.wikipedia.org

Sirkulasi Termohalin adalah sirkulasi samudera skala besar yang digerakkan oleh gradien densitas global yang dihasilkan melalui panas permukaan dan fluks air tawar. Gradien densitas adalah variasi densitas di suatu daerah. Dalam kasus perairan laut, gradien dengan kemiringan nyata menimbulkan statifikasi konsentrasi salinitas yang berbeda. inilah yang disebut dengan Haloklin. Fenomena ini pada dasarnya dipengaruhi oleh kenaikan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer, terutama adalah karbondioksida (CO2), dinitoksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs) dan hodroflorokarbon (HFCs). Konsentrasi gas-gas tersebut membentuk efek rumah kaca yang mengakibatkan pantulan gelombang panjang sinar matahari dari bumi tertahan di atmosfir dan dipantulkan kembali ke bumi. Efek rumah kaca menggambarkan bahwa konsentrasi gas tersebut menyebabkan radiasi sinar matahari terperangkap di atmosfer sehingga menyebabkan suhu bumi mengalami peningkatan.
Bagaimana sirkulasi termohalin dapat mempengaruhi iklim dan menahan laju perubahan iklim global, inilah yang sedang dikaji banyak peneliti di dunia. Sejak tahun 1960-an, para ilmuan mulai mengembangkan model iklim untuk membantu memahami peran laut dalam mengatur iklim. Berdasarkan hasil riset yang dipublikasikan NASA (Juni 1999), bahwa sepanjang abad ke-20, laut telah mengurangi sekitar separuh dari pemanasan suhu permukaan. Namun beberapa penelitian beberapa tahun terakhir mulai meragukan kestabilan sirkulasi termohalin dalam menahan laju pemanasan global dalam jangka panjang. Dengan suhu bumi yang semakin meningkat, gas rumah kaca yang terus meningkat (akibat aktifitas manusia) dan es yang terus mencair, dapat menyebabkan kadar garam air laut berkurang yang pada gilirannya mengakibatkan titik bekunya meningkat. Pada musim dingin permukaan air di kutub utara akan membeku dan menghambat proses pertukaran panas sehingga dapat mengakibatkan perubahan sirkulasi air laut yang pada gilirannya mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.
Toggweiler dan M. Key, mengatakan bahwa pendinginan laut di daerah lintang tinggi membuat permukaan air di kutub lebih padat dibanding dengan perairan hangat di lintang yang lebih rendah sehingga dapat mendinginkan sirkulasi termohalin pada daerah dingin. Salinitas tinggi pada air laut yang melalui samudera Atlantik secara dangkal di ketahui akan memberi kontribusi positif bagi kekuatan dan kestabilan sirkulasi termohalin. Hal ini tidaklah benar, karena siklus air tawar antara laut dan atmosfer (siklus hidrologi) di daerah lintang tinggi menyebabkan penambahan konsentrasi air tawar pada daerah tersebut sehingga dapat mengurangi kepadatan (salinitas) air permukaan kutub. Siklus hidrologi bumi diprediksikan menjadi lebih kuat pada masa akan datang dengan terus berlangsungnya pemanasan global. Hal ini diprediksi dapat memperlemah sirkulasi termohalin dengan sangat mendadak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Manabe dan Stouffer (1993) memproyeksikan bahwa kenaikan kada CO2 sebesar empat kali lipat dapat menyebabkan sirkulasi termohalin collaps. Secara substansial, ini akan menyebabkan lapisan termoklin (lapisan air laut yang memisahkan air hangat permukaan dengan air laut dalam yang dingin-berada pada kisaran 80 – 1000 meter) menjadi lebih dalam dan terjadi pergeseran dalam pertukaran panas antara belahan bumi bagian utara dan selatan. Hal ini juga akan menyebabkan berkurangnya laju suplai nutrisi terhadap biota laut di permukaan dan berkurangnya kandungan oksigen di laut dalam secara drastis. Banyak konsensus lainnya yang coba memprediksi respon sirkulasi termohalin terhadap pemanasan global. Lebih dari itu, Wood, R., A. et al (2003) mengatakan bahwa semua proyeksi konsensus dari beberapa model yang telah dianalisa oleh beberapa peneliti menyatakan bahwa sirkulasi termohalin akan semakin melemah atau tidak berubah dalam satu abad ke depan dalam merespon meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Kedua konsep tersebut harus dibaca dalam konteks model teori “ketidakpastian tingkat tinggi”. Beberapa pendekatan untuk mengurangi ketidakpastian ini adalah (a) mengidentifikasi proses-utama (key processes) untuk mengendalikan kestabilan dan kekuatan sirkulasi termohalin dengan menggunakan beberapa model, dan (b) menguji proses-proses yang dimodelkan tersebut dengan pengujian lapangan (observationally based test). Untuk saat ini, kita masih berada pada posisi pertama (a).
Salah satu yang berperan penting adalah Salinitas air laut. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Evaporasi yang terjadi menyebabkan pada daerah dengan suhu tinggi, tingkat penguapan air laut juga tinggi sehingga salinitas dan tekanan air meningkat. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar.  Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine. Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas:
1.      Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2.      Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3.69%), kalsium (1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Kandungan garam mempunyai pengaruh pada sifat-sifat air laut. Karena mengandung garam, titik beku air laut menjadi lebih rendah daripada 0 0C (air laut yang bersalinitas 35 %o titik bekunya -1,9 0C), sementara kerapatannya meningkat sampai titik beku (kerapatan maksimum air murni terjadi pada suhu 4 0C). Sifat ini sangat penting sebagai penggerak pertukaran massa air panas dan dingin, memungkinkan air permukaan yang dingin terbentuk dan tenggelam ke dasar sementara air dengan suhu yang lebih hangat akan terangkat ke atas. Sedangkan titik beku dibawah 00 C memungkinkan kolom air laut tidak membeku. Sifat air laut yang dipengaruhi langsung oleh salinitas adalah konduktivitas dan tekanan osmosis.
Pada dasarnya, alam kita selalu bergerak menuju titik keseimbangannya (ekuilibrium). Selama manusia masih tetap berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (anthropogenic contribution), sehingga memicu pemanasan global, maka suhu global juga akan bergerak menuju titik keseimbangannya. Sirkulasi termohaline sebagai salah satu komponen sistem alam yang mempengaruhi iklim bumi juga akan mengalami perubahan, baik kekuatan maupun kestabilannya, sampai pada ambang batasnya.

Sumber:

Selasa, 21 Mei 2013

Tugas Ekologi Laut Tropis



Amarina Ananda Baskoro                           230210110068
Yuanita Prastika Wuri                                 230210110070
Rizky Mahriza Utamy                                  230210110072



Study Cases: Murdered by Who???
Micro Ecosystem in the Isle

Indonesia merupakan negara maritim, dimana negara ini memiliki banyak seklai pulau. Namun, seiring berjalannya waktu pulau di Indonesia ternyata semakin berkurang. Hal itu disebabkan antara lain karena tenggelamnya pulau – pulau. Menurut Noir Purba dkk, ber kurangnya pulau ini disebabkan karenapemunduran garis pantai dan penyimpangan fungsi dari suatu pulau, misalnya suatu pualu yang seharusnya tidak dijadikan tempat wisata bahari, namun dijadikan tempat wisata bahari. Hal ini akan menyebabkan rusaknya ekologi dari pulau tersebut. Mengapa hal ini dapat terjadi? Karena negara masih hanya mementingkan sisi ekonominya saja daripada mementingkan sisi ekologinya.
Mengapa sisi ekologi suatu pulau sangat penting? Karena ekologi suatu pulau penting untuk menjaga biodiversitas, oleh karena itu, sebaiknya pemerintah melihat sisi ekologinya terlebih dahulu agar pulau tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagaimana yang kita tahu bahwa ada beberapa pulau yang hanya berfungsi sebagai wilayah konservasi, seperti DPL (Daerah Perlindungan Laut), KKLD (Kawasan Konservasi Laut Daerah),dan  KKL (Kawasan Konservasi Laut) atau taman  nasional. Yang seharusnya kawasan ini tidak boleh terjadi disfungsi yang akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem pada lingkungan tersebut. Kesimpulannya, Indonesia mempunyai pulau yang sangat banyak, oleh karena itu, pemerintah seharusnya dapat menyeimbangkan dan dapat secara bijak memilah-milah pulau-pulau yang menjadi pulau konservasi dan pulau yang dapat dikembangkan menjadi bina wisata.