Selasa, 28 Mei 2013

MATA KULIAH SEDIMENTASI


 

DELTA SUNGSANG SUNGAI LEMATANG

Delta adalah tanah datar hasil pengendapan yang dibentuk oleh sungai, muara sungai, dimana timbunan sediment tersebut mengakibatkan propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai. Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.Syarat – syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain :

a) Ada sungai yang menuju ke laut atau danau

b) Lautnya dangkal

c) Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil

d) Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau dana di tempat muara sungai tersebut

e) Arus pasang surut tidak kuat

f) Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau cukup besar.

Delta memperlihatkan banyak macamnya dalam bentuk dan lekuk. Pada puncak delta, saluran sungai terbagi dalam beberapa cabang – cabang yang menyebar dan disebut distribution yang melintang pada permukaan delta melepaskan endapan pada ujung delta.

Beberapa delta mempunyai kenampakan seperti kipas alluvial, tetapi berbeda – beda satu sama lain, perbedan tersebut yaitu :

·         Pengendapan pada delta disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran yang masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau danau)

·         Perluasan delta secara vertikal terbatas, air the base level merupakan dari pertumbuhan ke atas.

·         Kemiringan permukaan delta dapat diketahui lebih datar daripada besar kipas alluvial.

Sungai Lematang adalah tergolong sungai yang cukup panjang yakni lebih dari 250 km panjangnya dan bermuara ke Sungai Musi yang akhirnya mengalis sampai ke laut pantai timur Pulau Sumatera tepatnya di Delta Sungsang, dengan koordinat 2°21'42"S   104°53'49"E.

Secara umum diketahui bahwa nilai rata-rata fraksi sedimen di Sungai Lematang Delta Sungsang, berkisar 22.77 – 175.35 μm (berada pada kategori lanau sedang hingga pasir halus), memiliki karakterisitik sedimen dasar dalam bentuk lanau sedang dengan nilai rata-rata ukuran butir berkisar 20.53 μm – 25.48 μm. Nilai kondisi pemilahan sedimen berkisar 0.7 – 1.46 phi unit, dengan kondisi pemilahan dominan poorly dan moderately sorted. Berdasarkan nilai kemencengan sedimen, maka butiran sedimen cenderung bervariasi dari butiran halus hingga kasar dan didominasi oleh kondisi simetris dengan kisaran nilai - 0.29 – 0.33. Kondisi ini mengindikasikan terjadinya percampuran butiran yang kasar dan halus pada lokasi.

Sedangkan biota yang hidup di Sungai Lematang yaitu mollusa, annelida, makrobentos, ikan, dan plankton. Penelitian tentang kemelimpahan biota sungai relatif masih jarang, termasuk di sungai-sungai kecil. Umumnya penelitian ini hanya berkaitan dengan ikan dan manfaat budidayanya. Penelitian biota air, baik berupa makrobentos, meiobentos, ikan, plankton, epifauna dan motil-fauna dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia (antropogenik). Makrobentos adalah salah satu indikator kualitas lingkungan akuatik yang dapat diandalkan. Fauna ini hidup di dalam sedimen, bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk melalui pori-pori sedimen, sehingga tanggapan bentos terhadap lingkungannya merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka panjang.  Mollusca umumnya hidup sebagai meiobentos di dalam sedimen, meskipun ada pula yang hidup di permukaan batuan atau menempel pada makrofita akuatik. Familia Annelida yang hidup sebagai bentos, hampir selalu dalam bentuk meiobentos, yakni tertanam di dalam sedimen. Familia ini biasa ditemukan di dataran rendah, dan seringkali melimpah di badan-badan air yang tercemar secara fisik maupun kimia.

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan oleh Effendi Parlindungan Sagala, komposisi plankton di perairan Sungai Lematang 47 spesies plankton yang termasuk dalam 7 kategori takson (Cyanophyceae, Chlorophyceae, Diatomae/ Bacillariophyceae, Flagellata, Rhizopoda, Ostracoda dan Nematoda). meiobentos di dalam sedimen, meskipun ada pula yang hidup di permukaan batuan atau menempel pada makrofita akuatik. Familia Annelida yang hidup sebagai bentos, hampir selalu dalam bentuk meiobentos, yakni tertanam di dalam sedimen. Familia ini biasa ditemukan di dataran rendah, dan seringkali melimpah di badan-badan air yang tercemar secara fisik maupun kimia. Kemampuan adaptasinya ini diberikan oleh sistem respirasi, reproduksi dan nutrisinya. Di samping itu pada tempat-tempat yang tercemar, ikan sebagai predator utamanya sering tidak dapat bertahan hidup, sehingga Annelida dapat berkembang biak dengan predasi minimal.

Demikian pentingnya Sungai Lematang tersebut, baik secara ekologis maupun sosial. Secara ekologis, sungai ini memberikan sumbangan yang demikian besar untuk habitat berbagai kehidupan biota akuatik baik ukuran mikrobiota maupun makrobiota. Secara sosial Sungai Lematang memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak masyarakat mulai dari paling hulu hingga sampai paling hilir sungai. Setiap hari ratusan mobil truk bahkan damtruk mengangkut mengangkut material dari Sungai Lematang tersebut ke berbagai wilayah di Sumatera Selatan termasuk ke Palembang. Pada kehidupan mikrobiota, termasuk organisme plankton adalah sangat penting untuk menopang kehidupan makrobiota terutama nekton. Organisme nekton, khususnya ikan-ikan yang hidup dan berkembang biak dalam perairan Sungai Lematang memberikan sumbangan yang demikian besar pada kehidupan sebagian masyarakat yang mencari ikan sebagai nelayan di Sungai  Lematang mulai dari lokasi paling hulu sungai di daerah Pagaralam, Kabupaten Lahat melalui tepi kota Lahat hingga Ke Kabupaten Muara.

Kondisi Sungai Lematang secara umumnya ketika mengalir dari hulu sekitar daerah Pagaralam bila tidak ada hujan, maka airnya cukup bening dan banyak nelayan yang mencari ikan. Namun pada kondisi hujan apalagi hujan yang cukup lama pada musimnya, badan air menjadi keruh dan bertambah dalam sekitar 2 meter hingga 6 meter bahkan lebih. Ketika musim kemarau yang panjang debit air sungai menjadi semakin kecil dengan kedalam sungai 3bagian terdalam sekitar 2 – 3 meter dan bagian tepi rata-rat sekitar 0,5 meter. Pada kedalaman yang rendah pada musim kemarau semakin kehilir kualitas air diduga akan semakin jelek. Keadaan Sungai Lematang pada masa yang akan datang akan mendapat beban yang semakin bertambah berat karena beban Sungai Lematang akan semakin berat karena aktivitas lain yang telah menunggu waktu operasionalnya pada bebrapa tahun ke depan. Aktivitas lainnya yang dimaksud adalah banyak tambang batubara yang sekarang ini sedang menunggu selesainya pembuatan jalan tambang agar mereka beroperasi menambang. Lokasi tambang yang baru tersebut mulai dari Kabupaten Lahat hingga ke Kabupaten Muara Enim yang jumlahnya puluhan perusahaan tambang di masing-masing kabupaten.

DAFTAR PUSTAKA

Allen JRL. 1985. Principles of Physical sedimentology. Department of Geology, University of Reading. London: George Allen and Unwin.

[CHL]Coastal Hydraulic Laboratory 2002. Coastal Engineering Manual, Part III. Washington DC: Department of the Army. U.S. Army Corp of Engineers.

Dyer, K.R., 1986. Coastal and Estuarine Sediment Dynamics, John Wiley dan Sons Ltd, New York.

Effendi Parlindungan Sagala, 2002, Indeks Keanekaragaman dan Saprobik Plankton dalam menilai Kualitas Air Sungai Lematang, di Desa Tanjung Muning, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Surakarta.

Faturahman, A., dan Wahyu M., 1992, Prosedur Pengerjaan Preparasi Contoh Untuk Berbagai Analisis, Pusat pengembangan Geologi Kelautan, Bandung.

Komar, P. D. 1976. Beach Processes and Sedimentation, New Jersey: Geological Societyof London, Special Publication 139, p. 167– 176.

Winarno, K., dan Okid, 2002, Pemantauan Kualitas Perairan Rawa Jabung berdasarkan Keanekaragaman dan Kekayaan Komunitas Bentos, Surakarta.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar